Besok ujian Mid semester tiba. Diva sibuk mencari kisi-kisi dan perkiraan soal-soal yg akan keluar di Mid, Diva kemudian membuat contekan dari kertas kecil untuk jimat agar ujian nanti berjalan sukses. Diva memang sering merasa "tidak nyantol" ketika perkuliahan di kelas, entah itu saat dosen menerangkan materi ataupun saat diskusi kelompok dengan teman2 mahasiswanya, apalagi membaca buku, ia merasa bikin pusing saja jika harus memahami kata demi kata dan kalimat yang ada dalam buku kuliah, "buat apa juga paham-paham banget, toh nanti di dunia kerja ilmu - ilmu ini gak kepake" gumamnya. Terkadang Diva juga ingin berhenti kuliah saja karena Ia benar benar tidak bisa mengikuti mau kemana alur disiplin ilmu yang ia pilih.
Di dunia lain, di dunia-nya para aktivis. Zuliana, seorang pengurus dari organisasi mahasiswa IMM mengeluh kepada forum saat sidang pleno tentang semua prokernya yang tidak berjalan lancar dan kinerjanya yang tidak produktif yang membuat ia merasa tidak mampu dan berencana mengundurkan diri sebagai jalan pintas. "saya tidak punya potensi" ucapnya kepada forum.
Kedua cerita diatas mungkin merupakan potret umum realitas yang terjadi di dunia mahasiswa saat ini. Kedua sikap akhir dari cerita diatas dijelaskan dengan tepat oleh Victor E. Frankl. Ia menyebutnya dengan penjelmaan dari frustasi eksistensi yang terjadi akibat ketidakmampuan manusia mencari alasan mengapa? Untuk apa? Ia hidup / berperilaku dalam setiap pola perilaku yang ia jalani dengan nama aktivitas.
Seseorang dalam mewujudkan legenda pribadinya pada dasarnya tidak dibatasi apapun, bahkan semesta akan mendukungnya. Bukankah Islam telah menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan tidak akan menguji kaumnya diluar kesanggupanya? Dan bukankah alam semesta ini adalah pendukung bagi manusia untuk menunaikan tugasnya sebagai khalifah fil ard? Lalu siapa yang membatasi jika tidak ada pembatas ?
Satu pelajaran yang bisa kita ambil dari Nabi Muhammad, ketika beliau berkata pada para sahabat sehabis memenangkan perang "masih ada peperangan yang lebih hebat yaitu peperangan melawan hawa nafsu, masih ada ketakutan yang lebih menakutkan yaitu melawan ketakutan diri sendiri" artinya memang ada batas yang hebat yang membatasi manusia yaitu manusia yang membatasi dirinya sendiri.
Dan akhirnya semoga Diva membaca tulisan ini di dinding dinding yang basi dan kosong karena ketakutan para penulisnya. Semoga ketika membaca tulisan ini Diva akan berteriak "Tidak ada yang bisa mengambil hak saya jika saya tidak memberikanya". Kemudian si Zuliana yang akan berdialektika dengan dirinya sendiri ketika membaca ini "Tidak ada yang melarang saya untuk mundur dari kepengurusan kecuali diri saya sendiri yang dengan lugas saya berikrar siap menjadi pengurus".
0 comments:
Post a Comment