By : Venus Srawara Mahardika
Kultur mahasiswa dari dahulu sampi sekarang yang sudah agak memudar adalah merokok dan bangun disiang hari. Perubahan memang perlu dilakukan untuk sebuah kemajuan. Tapi bukan berarti saya menganggap mahasiswa yang bangun kesiangan dan perokok adalah mahasiswa yang terbelakang. Bukan dari sudut pandang agama ataupun kesehatan, saya mellihat dari sudut pandang produktifitasnya. Pertama saya akan mengulas tentang rokok. Menurut hemat pengamatan saya mahasiswa yang aktif merokok menghabiskan 1 bungkus rokok setiap harinya dengan harga saya ratakan 10.000 rupiah. Dengan uang 10.000 bisa digunakan untuk membeli nasi padang 1 bungkus plus esteh 1 plastik, 1,45 liter bensin, membayar buruh tani selama 4 jam. Dengan nasi padang 1 bungkus dan esteh manusia bisa kenyang dan melanjutkan hidupnya untuk 8 jam kemudian. Dengan 1,45 liter bensin sebuah sepeda motor paling irit menurut saya sebut saja beat. Dengan bensin seliternya dapat menempuh jarak 82 km, maka 1,45 liter motor beat bisa menempuh jarak 110 km. Ukuran jarak yang sangat jauh. Seperti jarak antara solo-semarang dapat ditempuh. Dengan uang 10.000, seorang mandor tani dapat membayar upah buruhnya atas pekerjaan menggarrap sawah selama 4 jam. Dengan rokok 1 bungkus!!!
Sangat ironi jika seorang mahasiswa yang merokok hanya menghasilkan kepulan asap tak berguna. Dengan input yang begitu mahal dan besar tak sebanding dengan output yang dihasilkan. Yang penulis tekankan disini adalah dalam prinsip ekonomi, input dalam proses produksi harus menghasilkan nilai yang lebih. Karena proses produksi berguna untuk menambah nilai suatu barang. Jika seperti itu maka output yang dihasilkan oleh 1 bungkus rokok harusnya melebihi atau paling tidak sebanding dengan nasi padang 1 bungkus plus es teh, bensin 1,45 liter bahkan upah buruh tani selama 4jam. Apa yang melebihi 3 hal diatas? Hanya ada 1 hal menurut penulis yaitu ide. Ide hanya terletak pada manusia sebuah konsepsi yang tercipta secara terencana maupun tidak terencana. Terencana karena sebuah perenungan secara langsung. Tidak terencana muncul tiba-tiba karena melihat akan suatu peristiwa, benda. Ide bisa didapat dari manasaja, apasaja dan kapan saja. Menurut pengalaman penulis yang mempunyai tetangga yang memiliki kenalan yang cukup akrab dengan pemilik jogger. Dikatakan kata-kata yang terdapat dalam kaos jogger adalah hasil dari buah pemikiran pemilik jogger tersebut, dengan bermodalkan secangkir kopi dan sebatang rokok yang ia hisap menghasilkan kata-kata yang terkenal keanca Negara dan manca regional. Ada lagi seorang tokoh sastrawan legenda yaitu Chairil Anwar. siapa yang tidak tau karya-karya sastranya yang terkenal, luar biasa dan badass, setiap fotonya hamper semua dengan atribut rokok atau asapnya. Keidentikan rokok dengan sebuah ide adalah sangat dominan. Namun ketika keidentikan itu terjadi distorsi menjadi sebuah ajang keren-kerenan dan ikut-ikutan, saya pikir tidak. Saya bukan perokok namun menganjurkan anda yang perokok untuk lebih produktif memanfaatkan input yang besar tersebut menjadi output yang lebih berharga. Mari merokok dan menghasilkan ide. Bukan hanya kepulan asap tak berguna mencemari udara. :D
Selanjutnya saya akan mengulas tentang waktu. Ketika hari libur atau kuliah siang hampir dapat dipastikan mahasiswa tidur sampai siang hari, minim bangun pukul 09.00 pagi. Memang bukan hal yang masalah ketika ia bangun siang karena semalam mengerjakan tugas kuliah, berdiskusi ataupun berkontemplasi sepanjang malam, itu adalah hal yang wajar bagi seorang mahasiswa. Namun ketika waktu malam hanya untuk nongkrong melakukan perbuatan yang tidak jelas manfaatnya, sungguh tragis mahasiswa penerus bangsa tidak tau bagaimana memanfaatkan waktu. Pertama waktu adalah salah satu faktor produksi dalam ekonomi, pekerja dibayar dibayar berdasar waktu. Kedua, waktu adalah sebuah dimensi yang terus bergerak maju tak kan pernah bisa untuk kembali. Ketika manusia telah menyia-nyiakannya maka ia tak kan pernah bisa kembali untuk mengulangi waktu yang telah ia lewati. Beda dengan rokok, waktu tidak bisa dibandingkan dengan apa-apa karena ia begitu berharga. Namun jika dibandingkan jumlah waktu yang dihabiskan orang untuk tidur dengan dihabiskan oleh seorang yang tengah berjaga tentu sangat besar perbedaannya. Seorang mahasiswa abal-abal menghabiskan waktunya selama 10jam hanya untuk tidur, jadi hampir setengah dari hidupnya dalam satu hari hanya untuk tidur. Itupun belum ditambah aktifitas lain yang tidak bermanfaat. Tidur hanya untuk beristirahat bukan untuk hobi ataupun menghabiskan waktu. Padahal banyak hal aktifitas yang bisa dilakukan selain tidur. Membaca buku, diskusi, ngaji. Banyak. Hanya saja kemalasan yang sering menjaar pada setiap manusia. Mari memanfaatkan waktu sebaik mungkin karena ia tidak bisa terulang kembali.
0 comments:
Post a Comment