Catatan Seorang Mahasiswa

Oleh : Mahardika Arsya Aqsha Dzikrina (mahasiswa Komunikasi UMS)


Aku adalah manusia kecil yang tak kan bisa hidup apabila tidak dari uluran tangan Sang Khalik yang begitu Pengasih, mau memberikan sebutir nyawa untuk diriku menapaki bumi ini. Memberikan segumpal daging, melalui rahim seorang wanita nan cantik bernama Ibu. Wanita tangguh, berpendirian teguh dan begitu luar biasa dari kacamata perspektifku, bahkan perspektif banyak kolega beliau. Mungkin diriku adalah sedikit serpihan cermin masa muda ibuku. Ibuku ketika kuliah menjadi mahasiswi aktivis di suatu pergerakan mahasiswa. Totalitas tanpa batas, keintelektualan dan keberanian beliau menjadi referensi bagiku. Musuh sudah hal biasa bagi ibuku. Ibuku selalu berpesan padaku belajarlah dari semua kritikan musuhmu! Jangan pernah takut selama kita berada di jalan benar. Ya, amazing! God, thanks for your giving.

Di saat aku mencari siapa aku sebenarnya, hatiku berkata untuk mulai mencari suatu organisasi yang sesuai prospek ideologiku. Butuh waktu, proses dan tahapan sedikit lama. Bimbang, apa aku bisa menemukan jati diriku apabila masuk suatu organisasi. Akhirnya, Tuhan mulai membukakan sebuah pintu dimana pintu itu menuntunku pada suatu ideologi di hidupku. HMI, itulah nama organisasiku. HMI hanya suatu pijakan awalku, tapi lambat laun mulai mengalir cairan dalam tubuhku darah nadi hijau hitam di sela-sela darah merah. Hembusan nafasku sekarang hembusan nafas segerombolan manusia yang kian hari kian bertambah. Iya, tanggungjawabku sebagai INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, dan PENGABDI wajib diimplementasikan di tengah peradaban demi terwujudnya masyarakat adil makmur.

My Soul, My Idea. Tapi, akalku mulai sedikit tergilitik. Muncul suatu problema mengenai apa sebenarnya guna organisasi pergerakan mahasiswa? Kenapa banyak pergerakan mahasiswa toh tujuannya sama. Kenapa tidak dileburkan? apa pergerakan mahasiswa muncul karena aliran-aliran agama tertentu? Atau hanya sebatas sensasi belaka? Perlu membuka relung hati dan berdiskusi dengan beberapa manusia filsafat. Flashback, menyoriti diriku, aku salah satu kader yang menurut pemikiranku termasuk kader yang belum pantes disebut kader HMI. Bahasa jawanya kader luput. Namun, pelabelanku kader luput membuatku terpacu menjadi kader pemberi inovasi kreatif bagi peradaban bangsa ini.

Polos..... itulah diriku, tak memahami apapun di HMI. Aku pun juga belum memberikan konstribusi bagi HMI.

Sttt, kenapa kanda-kandaku begitu memberikan konstribusi buat HMI? Apa gunanya? Apa hanya karena suatu ikrar? atau ada suatu kepentingan????? Hmmmmm..... Sulit dijawab, tapi mudah ditebak.

Penuh kontroversi, itulah dinamika organisasiku. Kancah pemikiran senior dan yunior jauh berbeda. Sungguh fluktuatif apabila melihat sejarah organisasiku dulu dan sekarang. Aku tak butuh muluk-muluk, just one! Freedom! Jangan ada kepentingan dibalik semua ini! Lakukan dengan niat tulus. Ingat kebersamaan kita yang pernah kita rajut bersama. Kita memperjuangkan hak-hak manusia, bukan sekadar hak kita. Remember,,, semua pasti ada balasannya dan membuahkan hasil sesuai perilaku kita.

Tulisanku ini hanya sederetan kata biasa, ketika suara kader sudah tak lagi berharga di mata para kanda-kanda tercinta. Ucapan selamat bagi para kanda yang berhasil membuat hatiku menggila dengan keadaan seperti ini. 10 Tahun organisasi di cabang tercinta ini terbentuk, tapi stagnan! Aku berikan apresiasi bagi semuanya! Selamat anda berhasil mengelabui diriku. :D (Untuk semua para senior).

About Ahmad Dahlan II UMS

Ahmad Dahlan II UMS
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment