Perjalan Menuju Kematian


Oleh : Fatimatuzzahro

Mengarungi hidup di dunia bagi manusia tergolong hal biasa, namun menempuh arung kehidupan di alam baka jelas sangat ajaib dan luar biasa. Nyaris bisa dihitung dengan jari, orang yang pernah menjelajahi untuk kemudian kembali lagi ke dunia ini dari alam yang hanya mungkin dialami mereka yang sudah meninggal dunia. Bagi mereka yang pernah mengalaminya, dunia ini bukan hanya kehilangan pesonannya sehingga terasa begitu hambar. Lebih dari itu, mereka akan memandangnya sebagai penjara yang penuh siksaan, kegetiran dan kegalauan. Sepulangnya dari alam baka, mereka biasanya selalu murung dan merenungkan kembali keadaan di alam baka.

Entah kata apa yang tepat untuk menyebut petualangan yang saya alami, benar-benar petualangan yang mencekam dan membingungkan. Saat itu saya menyaksikan sesosok makhluk yang besar dan menakutkan, tanpa terucap satu kata pun, dengan kasar ianya membawa saya berlari kencang menyusuri lorong yang benar-benar gelap tanpa cahaya dan tak jelas dimana ujung lorong itu. Dengan nafas terengah-engah saya beranikan diri tuk bertanya padanya “kemana gerangan kau ingin membawa saya?” tidak ada jawaban yang terucap dari mulutnya, saya pun bertanya untuk yag kedua kalinya, kali ini dengan tangis isak penuh ketakutan. Akhirnya keluar sepatah kata yang membuat saya tercengang “DIAM!” sungguh kata itu membuat saya merasakan ketakutan yang amat dasyat.

Entah sudah seberapa jauh dia telah membawa saya berlari tanpa henti, hingga akhirnya ia melepaskan cengkramannya dan menhilang meninggalkan saya seorang diri dalam kegelapan tanpa secercah cahaya yang menyinari, serta tangan dan kaki yang perih berlumur darah. Saya pejamkan mata ini dan menangis dengan ketakutan yang mendalam, sembari berteriak memohon pertolongan. Tapi apalah daya, keadaan semakin mencekam dan kini terdengar suara yang entah dari mana asal suara itu dan siapa gerangan pemilik suara itu, “Man Robbuk?” suara itu terdengar sangat menggelegar dan membuat sekujur tubuh ini kaku seakan mati rasa. Tak dapat sedikitpun saya membuka mulut ini, hingga kini suara itu terulang kembali disertai suara guntur yang menyayat lebih sakit dari sayatan pedati, benar-benar ketakutan yang tiada henti. Lagi-lagi saura itu muncul dan terdengar sangat kencang dan mungkin bila itu terjadi di dunia, setiap yang mendengarnya pastilah kan kehilangan pendengarannya.

Entah kekuatan apa yang tiba-tiba membuat saya menjawab suara itu dengan lirih dan penuh ketakutan, saya benar-benar tidak tahu. Dengan lirih saya berucap “sesembahan saya adalah Allah Tuhan Yang Maha Esa”, sungguh menakjubkan! Kali ini saya tidak lagi merasakan ketakuatan sebagaimana sebelumnya. Kini saya hanya bisa diam terpaku lantaran kebingungan yang menyelimuti. Terlihat secercah cahaya dari ujung lorong, cahaya itu semakin mendekat dan menyilaukan, hati pun mulai berbunga berharap cahaya itu adalah sebuah pertolongan untuk membebaskan saya dari keterpurukan ini. Tahukah anda apa yang terjadi? Ketika cahaya itu semakin mendekat dan dengan tertatih saya berusaha berdiri, tiba-tiba cahaya itu menghilang entah kemana. Sungguh kini saya benar-benar tak bisa menggunakan akal sehat saya, hati ini bergejolak dengan beribu ketakutan dan kebingungan. Sembari memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, dimana saya sekarang dan apa maksud dari semua ini, terdengar langkah kaki yang semakin dekat dan nampaknya ia kini berada tepat di belakang saya.

Ternyata benar dugaan saya, ia menepuk pundak saya dan membuat sekujur tubuh ini merinding terkejut. Ia duduk tepat di samping saya, terdiam seribu bahasa. Dengan gemetar saya mencoba membuka mulut dan bertanya padanya “siapakah gerangan dirimu sebenarnya?” ia pun menjawab dengan tenang dan begitu lembut “ sayalah yang memberi ilham di hatimu saat kau ketakutan dengan suara pertanyaan yang menggelegar tadi, hingga akhirnya kau bisa menjawab suara itu” benar-benar tidak bisa dimengerti! Siapakah dia sebenarnya??? Ketika mulut ini ingin melontarkan kata, tiba-tiba ia merangkul saya sembari berkata “saya tahu benar kebingungan dan ketakutanmu, tenanglah saudaraku jangan kau takut!” “bolehkah saya melihat wujudmu?” itu mungkin menjadi kata terakhir yang terucap dari mulut saya. Cahaya itu kembali muncul menyinari kita dan saya melihat sesosok orang yang benar-benar mirip dengan saya tanpa ada perbedaan secuil pun. Ia menghapus air mata saya dan seraya memeluk dengan penuh kasih. Inilah kata-kata terakhir yang saya dengar di tempat yang sungguh membingungkan dan menakutkan dan tak mungkin dapat dijumpai di dunia nyata “kembalilah kau wahai saudaraku, ini belumlah waktunya untukmu, masih banyak tugas yang harus kamu selesaikan, jangan pernah sekali-kali kau meninggalkan-Nya!”

Dan saya pun hanyut dalam pelukannya. Ketika mata ini terbuka, di depan saya telah banyak orang yang menangis penuh haru. Saya baru sadar bahwa semua ini tidaklah benar-benar terjadi. Lantas,,,, petualangan yang saya alami apakah itu hanya mimpi?? Tapi rasanya benar-benar seperti nyata. Yah.........itulah mimpi nyata nan panjang yang saya alami ketika koma di rumah sakit. Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan untuk meneruskan hidup, jika kita renungkan...sebelum mati saja perjalannya sangat panjang dan menakutkan, lantas bagaimana dengan kematian yang sesungguhnya?? Wallahu a’lam bis-showab. Itulah petualangan yang takkan pernah hilang dari benak ini, pelukan yang begitu hangat dan menentramkan sanubari selalu tergiang dalam jiwa ini dan kata-kata terakhirnya selalu menari-nari di fikiran saya hingga saat ini, mengiringi setiap langkah kaki penuh arti. –Z@-

About Ahmad Dahlan II UMS

Ahmad Dahlan II UMS
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment