Mengapa Orang Tertentu Kreatif ?

Oleh : Feni Adhitia

Pertanyaan utamanya bukanlah “Mengapa orang tertentu kreatif, sedangkan yang lainnya tidak?” melainkan, “Demi Tuhan, mengapa semua orang itu kreatif?” Di mana dan bagaimana potensi kita menjadi hilang? Bagaimana potensi itu menjadi lumpuh? Mengapa pendidikan menghambat kreativitas?

Kita dididik agar memproses informasi berdasarkan apa yang telah terjadi pada masa lalu, apa yang dipikirkan oleh pemikir masa lalu, dan apa yang ada saat ini. Sesudah kita menganggap bahwa kita mengetahui cara mendapatkan jawabannya, berdasarkan apa yang telah diajarkan kepada kita, kita berhenti untuk berpikir atau pemikiran kita mati. Inilah alasannya ketika sebagian orang menggunakan imajinasinya untuk mengembangkan ide-ide baru, ide-ide tersebut sangat terstruktur dalam bentuk-bentuk yang dapat diprediksikan melalui kategori dan konsep yang sudah ada. Kunci agar kreatif membentuk asosiasi dan hubungan di antara hal-hal berbeda adalah pembauran konsep (conceptual blending). Ini merupakan sebuah proses berpikir kreatif yang melibatkan pembauran dua atau lebih konsep, dalam suatu ruang mental yang sama, untuk membentuk ide-ide baru.

Pemikiran kreatif
Kita diajarkan menjadi pemikir analitis dan logis. Konsekuensinya kita berkemampuan untuk membuat berbagai asosiasi umum antara hal-hal yang berkaitan atau paling tidak sangat sedikit berkaitan. Jeff Hawkins, dalam bukunya on intelligence, menjelaskan betapa kemampuan diri kita untuk mengasosiasikan konsep-konsep yang berkaitan, membatasi kemampuan diri kita untuk menjadi kreatif. Kita membentuk dinding-dinding mental di antara asosiasi dari konsep-konsep yang berkaitan, dan asosiasi dari konsep-konsep yang tidak berkaitan. Pembauran konsep merupakan tindakan mengombinasikan atau mengaitkan hal-hal yang tidak berkaitan dalam rangka menyelesaikan masalah, menyusun ide baru, dan bahkan mengusahakan lagi ide lama. Bukanlah kebetulan bahwa orang-orang yang paling kreatif dan inovatif di sepanjang sejarahtelah menjadi para ahli memaksakan hubungan-hubungan mental yang baru, via pembauran konsep dari hal-hal yang tidak berkaitan. 

“saya mulai bertanya-tanya berapa banyak hal yaang sudah saya ketahui aakaan tiba-tiba memperoleh makna-makna baru, seandainya saya dapat mempersipkan hubungan-hubungannya.”-Robert Scott-bernstein

About Ahmad Dahlan II UMS

Ahmad Dahlan II UMS
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment